Entri Populer

Laman

Senin, 10 Juli 2017

Case study

Contoh case study
MEMBUAT KALIMAT KESIMPULAN JUGA ADA DALAM MATEMATIKA

Oleh
Muh.Asdar

Hari ini,selasa 18 Juli 2010 Saya akan mengajarkan mata pelajaran matematika di kelas 5 SDN No.184 Baru Kecamatan Sinjai barat Kabupaten Sinjai.Apa yang akan saya ajarkan hari ini tentunya sesuai dengan silabus dan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Sekolah Dasar (KTSP) dengan Standar kompetensi : Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan.Kompetensi Dasar : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan.Untuk Alokasi waktu (2x35 menit). Saya berpikir Proses Belajar Mengajar (PBM) hari ini tidak terlau sulit bagiku, karena ini adalah pertemuan ke-2 untuk Kompetensi Dasar yang akan saya ajarkan hari ini. Apalagi anak-anak sudah cukup memahami tentang materi ini dari pertemuan sebelumnya. pukul 07.25 WIT.Seperti biasanya,sehabis mengisi daftar hadir guru dikantor kuraih beberapa lembaran-lembaran penting perangkat pembelajaran yang telah kupersiakan sebelumnya, bersama itu kulangkahkan kakiku menuju ruang yang setiap hari kumasuki secara rutin. Melihatku menuju ruang kelas murid-murid bergegas berbaris di depan kelas seperti biasanya,Setelah berbaris dengan rapi,saya pun melaksanakan tugasku untuk memeriksa kebersihan mereka mulai dari pakaian hingga kuku dan rambut mereka setelah sebelumnya ku lontarkan beberapa pertanyaan seputar perkalian sampai 10.
Setelah semuanya selesai,mereka pun mempersiapkan diri untuk belajar,baca do’a dan menyanyikan sebuah lagu wajib. Ku-cek kebersihan kelas dan tak lupa pula ku-cek kehadiran mereka satu persatu kemudian kututup daftar absensi dan kumulai berdiri di depan mereka dengan rileks.
“Anak-anakku sekalian,Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”(kataku membuka pertemuan). Serempak mereka menjawab,“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh”.
Mereka menatapku dengan tatapan nanar menengadahkan muka seperti seekor anak burung yang sedang meenanti suapan makanan dari induknya, entah apa yang ada di dalam benak mereka saat itu, kosongkah? Atau mungkin sepotong roti sisa sarapan pagi mereka? “Pikirku disela-sela penjelasanku tentang materi Dan rumus-rumus dalam mencari jarak, waktu, dan kecepatan.
Nah Aldi, tersebut nama seorang anak yang duduk di kursi pojok paling belakang yang sedari tadi kurang memperhatikan ulasanku. Ia kemudian tersentak kaget dan seketika itu juga menghentikan kegiatannya.
“ 1Km berapa meter Aldi?”. Tanyaku sambil berjalan menghampirinya.
Aldi hanya bisa membungkam sambil tertunduk.aku tahu Ia tidak mampu menjawab pertanyaan itu tapi aku tetap ngotot bertanya kepadanya.
“Aldi..! 1 Km berapa meter?. Tanyaku kembali dengan nada yang lebih lembut sembari menepuk pundak dan mengusap-usap kepalanya.
“ 10 Pak..!”. katanya yang sambil melirikku sejenak.
Nyaris bersamaan dengan gelagak tawa teman-temannya seraya menoleh kearah kami, Namun Aldi Hanya bisa tersenyum dengan wajah yang masih tertunduk menutupi rasa malunya. Jawaban Aldi yang seadanya itu rupanya juga menggelitik Emosional Question (EQ)-ku, ditambah lagi raut wajah lugunya yang penuh keyakinan akan kebenaran jawabannya. Inginku tertawa lebar rasanya,tapi tentu saja itu tidak kulakukan dihadapan anak-anak hingga hal yang menggelikan itu kusapu dengan se-simpul senyum.
“Nah…Anak-anak.Ini adalah salah satu contoh anak yang kurang perhatian dalam belajar, tentunya Ia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sederhana sekalipun”. Lanjutku kepada mereka sekaligus mengalihkan perhatian mereka dari Aldi.
“1 Km berapa meter….???”. Kulemparkan kembali pertanyaan serupa secara klasikal agar perhatian mereka kembali ke pelajaran.
“Seribuuuuu….!!!!”.Jawab mereka hampir bersamaan.
“Bagus”.kataku.
“Aldi, dengar tidak jawaban temannya?”.Tanyaku kembali kepada Aldi.
“Dengar pak!”.jawab Aldi dengan suara sedikit sumbang..
“Kalau begitu, 1Km berapa meter?”.
“Seribu Pak!”.
“Seribu apa?”.
“Seribu meter Pak!!!”.
“Bagus!!!”. Kataku sembari melayangkan acungan jempol ke-arah aldi untuk mengembalikan kepercayaan dirinya, sekaligus sebagai motivasi agar Ia lebih bersemangat dan bergairah kembali dalam mengikuti pelajaran.
Angin gunung di samping gedung berhembus sepoi-sepoi dari pucuk-pucuk pinus.Mengalir melalui celah-celah jendela dan Ventilasi udara ruang kelas 5, menembus pori-pori kulitku. Dingin……namun tak jua mampu membekukan Semangatku beserta gairah anak-anak dalam menimba ilmu saat itu.
Kutatap mereka satu persatu, ada rasa bangga menggelantung dilubuk jiwaku sebagai jeda dari Tanya jawab yang telah saya lakukan dengan mereka.Sejurus kemudian kuraih sepotong kapur tulis dan kutuliskan contoh soal di papan tulis.
“Coba semua perhatiannya kemari”.kataku bersamaan dengan ketukan-ketukan kecil ke papan tulis berharap perhatian mereka benar-benar tertuju kearah dimana saya menulis.
“Sebuah pesawat terbang menempuh perjalanan Jakarta –Manila sejauh 2.780 Km selama 4 jam. Berapa kecepatan pesawat terbang itu?”.
“Nah berikut ini adalah salah satu contoh Soal cerita yang berkaitan dengan pengukuran jarak, waktu, dan kecepatan”.Ungkapku setelah menulis dan membacakan soal tersebut.
“Sebelum saya menjelaskan lebih jauh, apakah ada diantara kalian yang mampu menyelesaikan soal di depan?”.Tanyaku kemudian.
“Coba siapa yang bisa, acungkan tangan!!”.Lanjutku
Mereka terdiam,hampir semua siswa dibarisan depan menoleh kebelakang.Sementara beberapa diantara mereka hanya bisa tertunduk dengan gaya khas anak-anak. Inilah ekspresi mereka ketika tidak mampu menjawab pertanyaan. Aku terdiam sejenak dan kembali kupandangi mereka satu persatu,sekaligus memberikan mereka kesempatan untuk berfikir dan menganalisa soal itu. Mereka tampak mulai menghitung-hitung.
“Saya pak..!!!” Jawab Ayu salah seorang siswa yang paling menonjol di kelas itu dengan suara terbat-bata.
“Masih ada yang lain?”. Tidak ada yang bersuara.
“Baiklah,kalau begitu silahkan Ayu kedepan”. Kataku sambil menjulurkan sebatang kapur tulis kepadanya.
Setelah menghitung-hitung Ayu kemudian menuliskan angka 2780/4 = 695 di bawah soal yang kutuliskan tadi, bahkan tanpa satuan.
“Sudah pak”.Katanya diiringi senyum lebar dengan gaya khas kanak-kanak.
“Bagus..!!! tepuk tangan untuk Ayu purnamasari”. Ucapku dibarengi rentetan tepuk tangan anak-anak yang lain sehingga kelas menjadi gaduh sejenak.
“Baiklah anak-anak sekalian perhatikan kembali kemari. Jawaban ayu sebenarnya sudah betul hanya saja,menjawab soal cerita, semestinya kalian harus memahami apa yang diketahui dan apa yang di tanyakan soal tersebut”. Paparku sambil menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya sampai pada hasil akhir. Dan tak lupa pula menuliskan rumus-rumusnya”.menjawab soal cerita umumnya di akhiri dengan sebuah kalimat kesimpulan Seperti ini ‘Jadi kecepatan pesawat terbang tersebut adalah 695 Km/jam.Dan ingat, jangan lupa membubuhi satuan dalam setiap hasil yang kalian dapat seperti yang dilakukan Ayu tadi yaaaa…!!!”.Ulasku sambil menggaris bawahi kalimat ini.
Setelah kupaparkan penjelasan demikian,kubahas kembali secara runtut agar mereka lebih memahami setiap butir-butir penjelasan itu. Setelah itu saya memberikan mereka kesempatan untuk menyanyakan hal-hal yang belum atau kuarang mereka pahami.
Lama mereka melototi papan tulis dengan semua coretan putih pada papan hitam itu.Entah apa yanga ada di dalam benak mereka, mereka sudah mengerti atau mungkin semakin bingung sampai apa yang mereka ingin ditanyakan pun mereka tidak tahu.Namun pikiran itu sedikit lebih ringan ketika mereka mengatakan telah mengerti,meskipun sebelumnya salah seorang bertanya “Bagaimana caranya membuat kalimat kesimpulannya pak?” sehingga membuatku kembali menjelaskan secara rinci langkah demi langkah dan kutekankan pada hubungan pertanyaan soal dengan kalimat kesimpulan pada akhir penyelesaian soal.
“Sekarang,naikkan buku catatan dan catat contoh soal di depan”.Pintaku
Tak lama berselang merekapun saya tugasi untuk mengerjakan soal latihan pada buku paket yang sebelumnya telah kubagikan.
Kutarik nafas dalam-dalam, kutelan air liurku yang mulai bergetah akibat pergantian udara dalam mulutku ketika menjelaskan. Meski kerongkongan dalam kemarau, saya tidak mengeluh, apalagi melihat semangat dan gairah mereka dalam belajar dan mengerjakan soal-soal yang saya berikan. Mereka tetap bersemangat meskipun mereka masih duduk selama itu. Ketekunan dan rasa ingin tahu yang tinggi itulah yang membuatku salut kepada anak-anak yang tergolong berada di pedalaman itu.
Alhasil setelah saya periksa hasil pekerjaan mereka,saya sudah bisa memberikan nilai baik secara keseluruhan.Mereka rata-rata mampu menjawab dengan benar.meski demikian ada hal yang membuatku kurang puas dengan jawaban mereka,yaitu mereka masih kurang mampu menuliskan kalimat kesimpulan dengan benar, yang sesuai dengan pertanyaan soal cerita itu.Mereka tetap menjawab dengan kalimat matematika yaitu dengan bilangan dan angka sebagai hasil akhir dari setiap butir soal yang saya berikan. Kejanggalan itu akhirnya menjadi menjadi pertanda kekurangan saya sebagai seorang guru dalam menanamkan pemahaman kepada anak-anak,sekaligus membuat saya harus bekerja lebih keras lagi pada pertemuan berikutnya.

Refleksi
(Penulis case study: Muh.Asdar)
“Lega”….Yahhh…itulah sebuah kata yang tentunya mewakili perasaan saya sesaat setelah Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung. Gairah, semangat, keaktifan mereka mengikuti mata pelajaran yang saya bawakan hari itu cukup mengurangi beban hati dan pikiran saya sehingga mampu memberi rasa “puas” yang lumayan dalam.Namun rasa yang demikian indah itu justru dibubuhi dengan sedikit kejanggalan setelah saya memeriksa hasil pekerjaan mereka.Meskipun mereka mampu memberi jawaban secara matematis dari tugas yang saya berikan, tapi mereka tetap belum mampu menjawab secara lengkap dengan kalimat yang benar, yaitu dengan kalimat kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan pada soal cerita itu.
“Tidak tahu-ka menyusun kalimat kesimpulanya Pak..!”. Ungkapan salah seorang siswa kepada saya dengan bahasa daerah yang masih kental Versi kanak-kanak. Pertanyaan ini semakin membebani benak saya, bagaimana lagi cara saya menjelaskan kepada mereka?, padahal telah kupaparkan kepada mereka bagaiman langkah-langkah dan bagaimana menarik sebuah kalimat kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan pada setiap soal cerita. Sayang sekali waktu kami untuk mata pelajaran matematika saat itu sangat terbatas sehingga saya tidak sempat membuat mereka lebih mampu memahami cara menjawab soal cerita dengan benar.
Secara umum mereka cukup senang dengan cara saya memaparkan materi. Itu terlihat dari ekspresi mereka saat PBM berlangsung, partisipasi, keaktifan dan rasa penasaran mereka yang sarat akan keingintahuan tentang soal cerita yang saya berikan. Akhirnya saya menyadari betapa seorang guru bukanlah pekerjaan yang enteng, yang dapat dipangku oleh orang-orang yang merasa mampu menjadi guru. Akan tetapi memahami perkembangan karakter anak bukanlah sesuatu yang hanya bisa dipahami secara teoritis, namun lebih dari itu, seorang guru harus mengaplikasikan dengan kolaborasi Ilmu, Pengalamanan, dan perasaan sehingga guru tersebut setidaknya mampu mendekati ungkapan “ Guru Profesional”.

Identifikasi Masalah
Proses Belajar Mengajar (PBM) telah berlangsung.Secara garis besar, masalah yang dihadapi baik oleh guru dan siswa dalam pembelajaran tersebut dapat digambarkan secara umum sebagai berikut:
Siswa kurang mampu menganalisa soal cerita dengan baik.
Siswa kurang memahami tahapan-tahapan dalam penyelesaian soal cerita.
Siswa kurang mencermati satuan-satuan yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal cerita yang berkaitan dengan satuan pengukuran waktu, jarak, dan kecepatan.
Siswa sulit menarik kesimpulan akhir dalam menjawab setiap butir soal cerita yang di berikan oleh guru.
Guru merasa sulit menemukan sebuah media pembelajaran yang tepat untuk memberi pemahaman secara konseptual kepada siswa dalam menyesaikan soal cerita.

Sabtu, 07 Mei 2011

makalah deskripsi sekolah




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ( i )
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. ( ii )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
B. Tujuan……………………………………………………………….. 1
BAB II
PEMBAHASAN
I. DESKRIPSI SEKOLAH
A. Gedung/Ruangan……………………………………………… 2
B. Keadaan Guru………………………………………………… 2
C. Keadaan siswa………………………………………………… 3
II. DESKRIPSI MASALAH SEKOLAH
A. Lingkungan Keluarga…………………………………………. 4
B. Lingkungan Sekolah…………………………………………... 4
C. Pemerintah…………………………………………………….. 4
III. DESKRIPSI PEMECAHAN MASALAH
A. Peranan Keluarga……………………………………………… 5
B. Peranan Sekolah………………………………………………. 5
C. Peranan Pemerintah…………………………………………… 6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan…..………………………………………………………. 7
B. Saran-Saran…………………………………………………………... 8
C. Lampiran-Lampiran…………………………………………………. 9



KATA PENGANTAR
Salah satu upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), adalah melalui peningkatan mutu pendidikan.Hal ini terkat dengan jenjang pendidikan Sekolah dasar yang merupakan pondasi sebuah pemembentukan karakter generasi penerus bangsa Indonesia.
Untuk itu Sekolah senantiasa menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan khususnya Sekolah Dasar (SD).sehingga kami akan menguraikan sedikit masalah yang dihadapi Sekolah dan bagaimana uapaya mengatasinya.
Melalui makalah yang sangat sederhana ini kami menuliskan beberapa “Deskripsi Masalah pada SDN N0.184 Baru Kec.Sinjai Barat, berdasarkan hasil observasi kami.
Semoga bermanfaat dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih.


Penulis,


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, peranan segenap jajaran pendidikan sangat menunjang keberhasilan peserta didik dan tentunya secara keseluruhan di butuhkan proses secara kontinyu dan berkesinambungan.Dalam hal ini, peranan segenap jajaran pendidikan tersebut mulai dari lingkungan keluarga,Lingkungan Sekolah serta Pemerintah.
“Pendidikan sebenarnya tidak lain daripada pertolongan dan bimbingan untuk membuat supaya anak didik kelak sanggup menolong diri sendiri”( Pestalozzi 1764-1827 ).
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang memberikan andil yang tidak kecil artinya bagi pembinaan dan keberhasilan pendidikan.Oleh karena itu sekolah harus betul-betul mendapat perhatian secara khusus mulai dari strategistis gedung,kenyamanan lingungan,kelengkapan perangkat-perangkat pembelajaran,fasilitas yang memadai,sampai pada keadaan Guru dan murid-muridnya.
B. Tujuan Penulisan
Tjuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah :
1. Merumuskan beberapa masalah salah satu sekolah dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan.
2. Untuk mengetahui peranan setiap lingkungan yang terkait dengan masah yang timbul di sekolah dan dampaknya terhadap anak didik.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dean upaya yang yang ditempuh dalam menanggulangi setiap masalah yang dihadapi oleh sekolah.


BAB II
PEMBAHASAN
I. DESKRIPSI SEKOLAH
Nama Sekolah : SDN No.184,Baru
Alamat : Jln. Pendidikan baru
Desa/Kelurahan : Bontosalama
Kecamatan : Sinjai Barat
Kabupaten/Kota : Sinjai
Provinsi : Sulawesi Selatan

A. Gedung / Ruangan
o Kantor/Ruang kepala Sekolah = 1 buah
o Ruang perpustakaan = 1 buah
o Ruang UKS = 1 buah
o Rumah Guru = 2 buah
o Ruang kelas = 2 Unit/ 6 buah

B. Keadaan Guru
NO NAMA / NIP PANGKAT/JABATAN

1 AMINAH,A.Ma,Pd Pembina
19671010 198803 2 018 IV/a
2 Hj.MIHRAH,A.Ma,Pd Pembina
19621231 198306 2 045 IV/a
3 MUH.YUSUF,S.Ag P_embina
19551231 198803 1 050 IV/a
4 ST.ASIAH,S.Pd Penata
19681231 199307 2 004 III/c
5 MANSUR.M,A.Ma Penata
19710703 199903 1 009 III/c
6 RASMAWATI,A.Ma Pengatur muda Tk. I
19781116 200604 2 017 II/b
7 MUH.ASDAR,A.Ma Pengatur muda Tk. I
19850713 200804 1 001 II/b
8 UMAR,A.Ma Pengatur muda Tk. I
19860315 200904 1 004 II/b
9 KOBA Pengatur muda
19581231 198203 1 226 II/a
10 MUTHMAINNAH,A.Ma GTT
11 ADAM,A.Ma GTT
12 MUH.RIJAL,A.Ma GTT


C. Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang kami peroleh, keadaan siswa SDN N0.184,Baru pada periode 2010-2011.Jumlah siswa sebanyak 99 orang dengan klasifikasi sbb.
KELAS
I II III IV V VI JUMLAH
L P L P L P L P L P L P L P
9 11 10 9 8 9 11 3 9 6 2 7 49 45


9 11 10 9 8 9 11 3 9 6 5 9 52 47 99
20 19 17 14 15 14 99

D. Foto-foto keadaan Gedung, keadaan siswa, dan keadaan Guru / Pegawai terlampir.


II. DESKRIPSI MASALAH SEKOLAH
Berhasil tidaknya sebuah sekolah dalam praktek kependidikan dapat dilihat dari keberhasilan peserta didiknya baik secara psikis maupun secara akademik.namun dalam hal ini Sekolah tidak dapat divonis bahwa ketidak berhasilannya pendidikan mutlak bersumber dari sekolah yang menempa anak didik tersebut.Meskipun sekolah sangat berperan dalam pembentukan karakter siswa,namun sekolah bukan sepenuhnya menjadi harapan oramg tua murid dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya, Sebab banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah pendidikan antara lain.

A. Lingkungan Keluarga
o Bagaimana Orang tua memandang keseharian anaknya di lingkungan masyarakat?
o Bagaimana Peranan keluarga terhadap perkembangan dan prestasi anaknya di Sekolah?
B. Lingkungan Sekolah
o Bagaimana Sekolah menciptakan lingkungan yang nyaman dan Strategis?
o Apakah Perpustakaan Sekolah difungsikan secara maksimal?
o Bagaimana peranan Pegawai administrasi dan Guru?
o Bagaimana Sekolah Mengatasi Perangkat-perangkat pembelajaran yang kurang memadai?
C. Pemerintah
o Bagaimana peranan pemerintah dan jajarannya dalam mengontrol masalah-masalah yang ada si Sekolah?



III. DESKRIPSI PEMECAHAN MASALAH
A. PERANAN KELUARGA
Keluarga adalah sebuah lingkungan yang sangat menunjang pembentukan karakter seorang anak, oleh karena itu Keluarga khususnya orang tua harus betul-betul memperhatikan perkembangan dan pergaulan anak-anaknya.Namun acap kali orang tua tidak menampakkan kesalahan dan kekurangan anak-anaknya sehingga anak tersebut terbiasa dengan keadaan yang diacuhkan.
Keluarga yang ideal bagi perkembangan karakter dan moral anak adalah keluarga yang senantiasa memberikan perhatian terhadap anak atas prilaku yang benar dan salah yang dilakukan anak-anaknya.
B. PERANAN SEKOLAH
Peranan Sekolah meliputi peranan guru/wali kelas,pegawai administrasi,Guru bidang studi, dan kepala sekolah.Peranan Sekolah sangatlah penting dalam menujang kenerhasilan seorang peserta didik khususnya Guru.
1.Guru
Beberapa hal yang Seharusnya dipahami oleh seorang guru diantarany adalah
a. Seorang Guru harus panadai menyelenggarakan ketertiban didalam kelas.
b. Guru harus sepenuhnya menguasai tiap-tiap pelajaran yang akan di ajarkan.
c. Guru harus pandai menyelami jiwa anak-anak ketika ia menceritakan sesuatu kepada meraka.
d. Guru harus mempunyai kepandaian yang kita namai pembatasan didaktis.Artinya ia tidak boleh terseret oleh kegemarannya pada satu mata pelajaran sehingga pelajaran-pelajaran yang lain kurang di hiraukan.
2. Pegawai Administrasi dan pustakawan
Peranan pegawai administrasi di sini adalah mereka harus mampu menyelesaikan tugas-tugas administrasi sebagaimana mestinya,termasuk dalam hal persuratan yaitu mengagendakan surat masuk dan surat keluar,dsb.


Peranan guru pustakawan disini terutama dalam hal memancing hasrat baca atau minat baca anak-anak, menata dan menciptakan suasana ruang baca yang nyaman,bersih dan menyenangkan sehingga perpustakaan dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
Peranan kepala Sekolah selain daripada member contoh kepada guru-guru dan pegawai dalam hal kedisiplinan,Kepala sekolah juga harus betul-betul memperhatikan anggotanya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.meempatkan diri pada posisinya sebagai manajer,organisaror,motivator,bagi guru dan murid-murid sehingga tetap terjaga keselarasan dan kedisiplinan sekolah.
C. PERANAN PEMERINTAH
Pemerintah pada umumnya adalah jajaran Departemen P dan K yang pada umumnya memiliki peranan yang sangat besar artinya bagi Sekolah. Pemerintah harus betul-betul memperhatikan kondisi sebuah sekolah mulai dari gedung lokasi sekolah termasuk penyediaan fasilitas seperti buku-buku bacaan,samapai pada pendidikan latihan ( DIKLAT ) dan Kelompok Kerja Guru ( KKG ) bagi guru dan pegawai.hal ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan kemampuan dan kompetensi guru-guru dan pegawai.
Jajaran pemerintah seperti Pengawas TK-SD mengadakan kunjungan sekolah secara rutin dan mendata setiap kekurangan sekolah untuk kemudian ditanggulangi secara efektif.kunjungan pengawas ke sekolah-sekolah scara rutin akan member kesadaran dan kebiasaan guru/murid agar lebih aktif menyelesaikan tugas-tugasnya.sehingga kesalahan yang timbul tidak akan berlangsung alebih lama karena adanya kunjungan dan pembinaan dari para pengawas/penilik TK-SD.







BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada SDN No.184 Baru Kec.Sinjai barat ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Permasalahan yang timbul dari pribadi anak didik hanya karena kurangnya kolaborasi antara orang tua murid dengan sekolah,dalam hal ini keluarga seolah tidak mengutamakan dan menganggap penting pendidikan abagi anak-anaknya.
2. Lokasi yang tergolong jauh dari ibukota kecamatan mengakibatkan lambatnya informasi-informasi penting bagi sekolah serta keterbatasan kunjungan pngawas TK SD.
3. Suasana ruang perpustakaan yang kurang kondusif seperti tidak adanya pegawai khusus perpustakaa,terbatasnya buku-buku bacaan yang menarik untuk dibaca anak-anak sehingga pustakaan tidak berfungsi secara maksimal.
4. Terbatasnya media dan modul pembelajaran sehingga menyulitkan guru-guru dalam melengkapi perangkat-perangkat pembelajaran dan berdampak pada pelaksanaan proses belajar mengajar.
Masalah-masalah yang diuraikan di atas, tentunya hanya bias diatasi secara maksimal ketika seluruh oknom yang terkait dengan sekolah ikut bekerjasama yaitu mulai dari Pihak Keluaga,Pihak sekolah,dan pihak pemerintah Seperti usaha pengadaan buku-buku bacaan/pelajaran,Alat peraga,kunjungan sekolah dsb.
Langkah-langkah tersebut merupakan rangakaian usaha pembinaan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar pada umumnya.



B. Saran-Saran
Mengingat pentingnya perannan sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar khususnya SdN No.184,Baru Kec.Sinjai Barat, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Agar penentu kebijakan khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan member perhatian yang lebih terhadap masalah –masalah yang terkait dengan kebutuhan setiap sekolah.
2. Agar semua Pegawai sekolah, mulai dari Kepala sekolah, guru, hingga pegawai administrasi sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga PBM dapat berjalan dengan baik.
3. Sebaiknya semua Pranata sekolah mulai dari pemerintah, Dinas Pendidikan P & K, Cabang Dinas Pendidikan, Pengawas TK-SD, Kepala sekolah,Guru, hingga keluarga anak didik, terjalin kolaborasi yang baik sehingga kedisiplinan dapat terlaksana demi peningkatan mutu pendidikan.




Lampiran-Lampiran :
Foto keadaan Ged